Jumat, 10 Juni 2011

PENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORBSI OBAT

I.                Tujuan
Mengenal, mempraktekkan, dan membandingkan cara-cara pemberian obat terhadap kecepatan absorbsinya, menggunakan data farmakologi sebagai tolok ukur.

II.              Dasar Teori
            Memilih rute penggunaan obat tentang dari tujuan terapi, sifat obat, serta kondisi pasien. Oleh sebab itu, perlu mempertimbangkan masalah – masalah :
a)      Tujuan terapi menghindari efek lokal / sistemik.
b)      Apakah kerja awal obat yang dikehendaki cepat / lama.
c)      Stabilitas obat di dalam lambung / usus.
d)     Keamanan relative dalam penggunaan
e)      Rute yang tepat dan menyenangkan bagi pasien dan dokter.
f)       Harga obat relative ekonomis.
g)      Kemampuan pasien menelan obat  melalui oral.
            Bentuk sedian obat yang di berikan akan mempengaruhi kecepatan dan besarnya obat yang di  absorbsi, dengan demikian akan mempengaruhi pula pada kegunaan dan efek terapi obat. Bentuk sediaan dapat memberi  efek obat secara lokal dan sistemik. Efek sistemik dipengaruhi oleh jika obat beredar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah, sedangkan efek lokal adalah efek obat yang hanya bekerja setempat, misal salep.
            ( Moh. Anief, 1990 )
              Absorbsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah. Absorbsi sebagian obat secara difusi pasif, maka sebagai barier absorbsi adalah membran sel epitel saluran cerna, yang seperti halnya semua membrane sel di tubuh kita merupakan lipid bilayer. Dengan demikian, agar dapat melintasi membran sel tersebut, molekul obat harus mempunyai kelarutan lemak. Kecepatan difusi berbanding lurus dengan derajat kelarutan lemak molekul obat.
              Cara pemberian obat turut menentukan kecepatan dan kelengkapan resorbsi obat. Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu efek sistemik ( diseluruh tubuh ) atau efek lokal ( setempat ), keadan pasien dan sifat-sifat fisiko-kimiawi obat, dapat dipilih banyak cara untuk memberikan obat.
A.    Efek Sistemis
1.      Oral
Pemberian obat melalui mulut adalah cara yang paling lazim, karena sangat praktis, mudah, dan aman. Namun tidak semua obat dapat diberikan per oral, misalnya obat yang bersifat merangsang ( emetin, aminofilin ) atau yang diuraikan dengan getah lambung ( benzil penisilin, insulin, oksitosin ). Cara per oral ini dapat terjadi inaktivasi oleh hati sebelum diedarkan ke tempat kerjanya. Tapi baik digunakan untuk mencapai efek lokal dalam usus.
2.      Oromukosal
Pemberian melalui mukosa di rongga mulut, ada dua macam cara yaitu :
a.       Sublingual
Obat ditaruh dibawah lidah, terjadi resorpsi oleh selaput lendir oleh vena-vena lidah yang sangat banyak. Obat langsung masuk peredaran darah tanpa melalui hati ( tidak di-inaktifkan ). Pada obat sublingual ini, efek yang diinginkan tercapai lebih cepat dan efektif untuk serangan jantung, asthma tetapi obat sublingual kurang ptaktis untuk digunakan terus menerus karena dapat merangsang selaput lendir mulut.
b.      Bucal
Obat yang diletakkan diantara pipi dan gusi.
3.      Injeksi
Adalah pemberian obat secara parental, yaitu di bawah atau menembus kulit / selaput lendir. Suntikan atau injeksi digunakan untuk :
   Memberikan efek obat dengan cepat.
Terutama untuk obat-obat yang merangsang atau dirusak oleh getah lambung.
   Diberikan pada pasien yang tidak sadar, atau tidak mau bekerja sama.
   Keberatan pada pasien yang disuntik ( sakit ) dan mahal, sulit digunakan.
  Ada bahaya infeksi, dapat merusak pembuluh atau saraf.
Macam-macam jenis suntikan :
a.       Subkutan / Hipodermal ( s.c )Penyuntikan di bawah kulit.
b.      Intra muscular ( i.m )Penyuntikan dilakukan dalam otot.
c.       Intra vena ( i.v )Penyuntikan didalam pembuluh darah.
d.      Intra arteri ( i. a )Penyuntikan kedalam pembuluh nadi.
e.       Intra cutan ( i.c )Penyuntikan didalam kulit
f.       Inta LumbalPenyuntikan kedalam ruas tulang belakang.
g.      Inta PeritonialPenyuntikan kedalam rongga perut.
h.      Intra CardialPenyuntikan kedalam jantung.
i.        Intra PleuraPenyuntikan kedalam rongga pleura.
j.        Intra articulersPenyntikan kedalam celah-celah sendi.
4.      Implantasi
Obat dalam bentuk Pellet steril dimasukkan dibawah kulit dengan alat khusus ( trocar ). Terutama digunakan untuk efek sistemik lama, misalnya obat-obat hormone kelamin ( estradiol dan testosteron ).
5.      Rektal
Pemberian obat melalui rectal atau dubur. Cara ini memiliki efek sistemik lebih cepat dan lebih besar dibandingkan per oral dan baik sekali digunakan untuk obat yang mudah dirusak oleh asam lambung.
6.      Transdermal
Cara pemakaian melalui permukaan kulit berupa plester, obat menyerap secara perlahan dan kontinyu masuk kedalam system peredaran darah, langsung ke jantung.
B.     Efek Lokal
1.      Kulit ( Percutan )
Obat diberikan dengan jalan mengoleskan pada permukaan kulit, bentuk obat salep, cream, lotio.
2.      Inhalasi
Obat disemprotkan untuk disedot melalui hidung atau mulut dan penyerapan dapat terjadi pada selaput mulut, tenggorokan, dan pernafasan.
3.      Mukosa Mata dan Telinga
Obat diberikan melalui selaput / mukosa mata atau telinga, bentuknya obat tetes atau salep, obat diresorpsi kedalam darah dan menimbulkan efek.
4.      Intravaginal
Obat diberikan melalui selaput lendir atau mukosa vagina, biasanya berupa obat anti fungi dan pencegah kehamilan. Dapat berupa ovula, salep, cream, dan cairan bilas.
5.      Intranasal
Obat diberikan melalui selaput lendir hidung untuk menciutkan selaput atau mukosa hidung yang membengkak.
Faktor- faktor yang mempengaruhi absorbsi obat:
·         Faktor terkait obat
Yang mempengaruhi keadaan absorbsi meliputi keadaan ionisasi, berat molekul, kelarutan, dan formulasi obat. Obat- obat yang kecil, tak terionisasi, larut dalam lemak menembus membrane plasma paling mudah.
·         Faktor terkait pasien
Yang mempengaruhi adalah cara pemberian. Sebagai contoh, adanya makanan dalam saluran pencernaan, keasaman lambung, aliran darah ke saluran pencernaan mempengaruhi absorbs obat oral.
(James Olson, 1993)
SEDATIFA DAN HIPNOTIKA
Sedatifa adalah obat- obat yang menekan reaksi terhadap rangsangan (terutama rangsangan emosi tanpa menimbulkan kantuk)
Hipnotika adalah obat yang menyebabkan tidur yang sulit dibangunkan disertai penurunan refleks hingga kehilangan tonus otot.
Hipnotika sedative dikelompokkan menjadi golongan barbiturate dan non barbiturat (kloraldehid)

Penggolongan dan pemakaian barbiturat:
NAMA
KERJA
LAMA KERJA
DOSIS
PEMAKAIAN KLINIS
Fenobarbital
Lama
6 jam
100 mg
Antikovulsi, antiepilepsi
Pentobarbital
Sedang
3 jam
150 mg
Premedikasi
Tiopental
Singkat
-
2-3 ml
Anestesi Umum
(Djamhuri A, 1995)
PHENOBARBITALUM = LUMINAL
Sifat fisikokimia :
Hablur kecil atau serbuk hablur putih berkilat; tidak berbau; tidak berasa; dapat terjadi polimorfisma. Stabil di udara; pH larutan jenuh lebih kurang 5. Sangat kurang larut dalam air; larut dalam etanol, dalam eter dan dalam larutan alkali karbonat; agak sukar larut dalam kloroform.
 (Farmakope Indonesia IV)

III.          Alat dan Bahan
a.       Alat             :     Spuit injeksi dan jarum ( 1 – 2 ) ml
           Sonde (untuk pemakaian per oral)
  Sarung tangan
           Stop watch                     
b.      Bahan         :    Sediaan obat
         Injeksi Luminal
c.       Hewan uji   :  Mencit

IV.  SKEMA KERJA












V.             Data Pengamatan
NO. HEWAN
CARA PEMBERIAN
WAKTU (menit)
ONSET (menit)
DURASI (menit)
PEMBERIAN
REFLEK BALIK BADAN
HILANG
KEMBALI
1
PER ORAL
08.50
10.20
12.25
90
125
2
09.00
15.39
16.40
399
61
3
08.53
15.17
16.20
384
63
4
09.01
15.43
16.37
402
54
5
09.07
15.58
16.48
411
50
1
INTRA PERITONIAL
08.20
08.48
12.15
28
207
2
08.22
08.51
12.20
29
209
3
08.28
08.44
11.55
16
191
4
08.23
08.36
11.55
13
199
5
08.47
09.00
12.40
13
223
1
INTRA MUSCULAR
08.18
08.52
13.26
34
274
2
08.31
09.01
12.02
30
181
3
08.34
08.56
11.57
22
181
4
08.36
08.58
13.07
22
249
5
08.48
09.10
13.05
22
235
1
SUBCUTAN
08.10
08.49
19.35
39
646
2
08.46
09.55
20.36
69
641
3
08.29
12.08
20.38
219
510
4
08.36
09.51
20.12
75
621
5
08.24
09.45
20.15
81
630

VI.          Perhitungan
1.      LARUTAN STOCK
Berat terbesar mencit = 30,45 gram
Dosis = 30,45 gram/ 1000 gram x 80 mg = 2,436 mg
Volume per oral  mencit 1 ml
Kadar larutan stock = 2,436 mg/ 0,5 ml = 4,872 mg/ml  ~ 5 mg/ml
Larutan stock 10 ml = 5 mg/ml x 10 ml = 50 mg(luminal)
CMC = 0,5/100 x 10 ml = 50 mg

Penimbangan Luminal
Kertas + zat  =  0,3209 gram
Kertas + sisa = 0,2707 gram _
Zat                = 0,0502 gram
Koreksi Kadar
0,0502 gram/ 10 ml = 5,02 mg/ ml.

2.      PERHITUNGAN DOSIS
Mencit 1:    18,05 gram/1000 gram x 80 mg: 1,444 mg    
Mencit 2:    30,45 gram/1000 gram x 80 mg: 2,436 mg
Mencit 3:    18,95 gram/1000 gram x 80 mg: 1,516 mg
Mencit 4:    21,75 gram/1000 gram x 80 mg: 1,74 mg
Mencit 5:    20,7 gram/1000 gram x 80 mg: 1,656 mg

3.      VOLUME PEMBERIAN
1.         1,444 mg  x 1 ml : 0, 2876 x 40 = 11,504 unit ~ 11,5 unit
        5,02 mg
 2.   2,436 mg  x 1 ml  : 0,4852 ml x 40 = 19,4  unit
        5,02 mg
3.    1,516 mg x 1 ml  : 0,30199 ml x 40 = 12,07 unit ~ 12,1 unit
        5,02 mg
4.    1,74 mg  x  1ml  : 0,3466 ml x 40 = 13,864 unit ~ 13,9 unit
         5,02 mg
5.    1,656 mg x  1ml : 0,3299 ml x 40 = 13,196 unit ~ 13,2 unit
        5,02 mg 

Uji Anava 1 Jalan Terhadap Onset…
Per oral
Intra peritoneal
Intra muskular
Sub kutan
90
28
34
39
399
29
30
219
384
16
22
75
402
13
22
81
411
13
22
69
∑x   = 1686
99
130
483
∑x 2 = 645282
2219
3508
66429
x      = 337,2
19,8
26
96,6
n      = 5
5
5
5

∑xt      = 2398
∑x 2t    = 717438
∑n       = 20
∑x 2t = ∑x 2t – (∑x 2t) 2
                            ∑n

         =  717438-    (2398)2
                                 20

         = 429917,8

∑x 2b = (∑x)2 + (∑x)2 +  (∑x)2 + (∑x)2  - (∑x)2 
                 N1             N2               N3             N4             N5
                = (1686)2+ (99)2+(130)2 +(423)2 - (2398)2
                           5           5          5           5           20
= 332997

∑x 2w  = ∑x 2t - ∑x 2b
= 429917,8 – 332997
= 96920,8


Sumber variasi
∑ kuadrat
dk
Rerata∑ kuadrat
 R hitung
Total
-
-
-
110999/ 6057,55= 18,3257
Antar kelompok
∑x 2b = 332997
3
332997/3=110999
Dalam kelompok
∑x 2w = 96920,8
16
96920,8/16 = 6057,55



F table  = daftar I
                     4-1                     
                         
3,21
 
20-4      
α = 0.05


F hitung > F table
Jadi, rerata 4 kelompok berbeda sehingga ada pengaruh cara pemberian obat terhadap absorbsi obat.        
Perlu uji pasca anava






Uji Pasca Anava
Kontras
F hitung
F’= (G-1) x F tab

Keterangan
1 Vs 2
  ( x1-x2)2
Rjk + Rjk     
 n1       n2
= (337,2-19,8)2   
     ( 6057,55/5)x2
=  41,58
= ( 4-1) x3,21
= 9,63
41,58 >  9,63
Berbeda Signifikan
1 Vs 3
  ( x1-x2)2
Rjk + Rjk     
 n1       n2
= (337,2-26)2   
   (6057,55/5) x2
=  39,97


39,97 > 9, 63
Berbeda Signifikan
1Vs 4
  ( x1-x2)2
Rjk + Rjk     
 n1       n2
= (337,2-96,6)2   
   (6057,55/5) x2
= 23,89

23,89 > 9, 63
Berbeda Signifikan
2Vs 3
( x1-x2)2
Rjk + Rjk     
 n1       n2
= ( 19,8- 26)2   
    (6057,55/5) x2
= 0,015

0,015 < 9, 63
 Tidak Berbeda Signifikan
2 Vs 4
( x1-x2)2
Rjk + Rjk     
 n1       n2
= ( 19,8- 96,6)2   
   (6057,55/5) x2
= 2,43


2,43 < 9, 63
 Tidak Berbeda Signifikan
3 Vs 4
( x1-x2)2
Rjk + Rjk     
 n1       n2
 = (26- 96,6 )2   
    (6057,55/5) x2
= 2,06

2,06 < 9, 63
 Tidak Berbeda Signifikan

Kesimpulan:    -Peroral vs IP berbeda bermakna
                        -Peroral vs IM berbeda bermakna
-Kelompok lain mendapat perbedaan onset yang berbeda tapi tak   bermakna
-IP vs IM berbeda bermakna
Uji Anava 1 Jalan Terhadap Durasi
Per oral
Intra peritoneal
Intra muskular
Sub kutan
125
207
274
646
61
209
181
510
63
191
181
621
54
199
249
630
50
223
235
641
∑x   = 353
1029
1120
3048
∑x 2 = 28731
212341
257824
1870838
x      = 70,6
205,8
224
609,6
n      = 5
5
5
5
∑xt   = 5550
∑x 2t= 2369734
∑n    = 20
∑x 2t = ∑x 2t – (∑x 2t) 2
                             ∑n

           =  2369734- (5550)2
                                     20

           = 829609


∑x 2b  = (∑x)2 + (∑x)2 +  (∑x)2 + (∑x)2 _(∑x)2 
                  N1          N2             N3            N4          N5
                = (353)2+  (1029)2 + (1120)2 +  (3048)2 _   (5550)2
                    5              5            5                5                5
= 805505,8

∑x 2w  = ∑x 2t - ∑x 2b
=829609- 805505,8
= 24103,2

Sumber variasi
∑ kuadrat
dk
Rerata∑ kuadrat
 F hitung
Total
-
-
-
268501,93/1506,45= 178, 23
Antar kelompok
∑x 2b = 805.505,8
3
805505,8/3=268501,93
Dalam kelompok
∑x2w = 23.875,2
16
 24103,2/16 = 1506,45



F table  = daftar I
                     4-1                     
                         
3,21
 
20-4      
α = 0.05
F hitung > F table
Jadi pada kelompok ini ada perbedaan yang signifikan.
Perlu uji pasca anava

Uji Pasca Anava
Kontras
F hitung
F’= (G-1) x F tab

Keterangan
1 Vs 2
  ( x1-x2)2
Rjk + Rjk     
 n1       n2
= (70,6-205,8)2   
     ( 1506,45/5)x 2
=  30,33
= ( 4-1) x3,21
= 9,63
30,33>  9,63
Berbeda Signifikan
1 Vs 3
  ( x1-x2)2
Rjk + Rjk     
 n1       n2
= (70,6-224)2   
   ( 1506,45/5)x 2
=  39,05


39, 05 > 9, 63
Berbeda Signifikan
1Vs 4
  ( x1-x2)2
Rjk + Rjk     
 n1       n2
= (70,6-609,6)2   
   ( 1506,45/5)x 2
= 482,12

482,12 > 9, 63
Berbeda Signifikan
2Vs 3
( x1-x2)2
Rjk + Rjk     
 n1       n2
= ( 205,8- 224)2   
    ( 1506,45/5)x 2
= 0,55

0,55 < 9, 63
 Tidak Berbeda Signifikan
2 Vs 4
( x1-x2)2
Rjk + Rjk     
 n1       n2
= (205,8- 609,6)2   
   ( 1506,45/5)x 2
= 270,59


270,59 > 9, 63
Berbeda Signifikan
3 Vs 4
( x1-x2)2
Rjk + Rjk     
 n1       n2
 = (224- 609,6 )2   
    ( 1506,45/5)x 2
= 246,75

246,75 >  9, 63
Berbeda Signifikan

Kesimpulan :  -IP vs IM terdapat perbedaan durasi yang berbeda tapi tidak bermakna
-Sedangkan kelompok yang lain CPO ada pengaruh  terhadap absorbsi obat  karena perbedaanya bermakna

VII.       Pembahasan
              Absorbsi adalah perpindahan obat dari tempat pemberian ke sirkulasi sistemik. Cara pemberian akan mempengaruhi absorbs suatu obat. Cara pemberian yang diuji kecepatan per oral, subcutan, intra muscular, dan intraperitonial. Per oral, subcutan, intra muscular, dan intraperitonial merupakan cara pemberian ekstravaskuler, dimana suatu senyawa obat yang diberikan tidak langsung masuk kedalam system vaskuler atau peredaran darah melainkan terlebih dahulu melalui suatu proses absorbsi. Pada percobaan mencit harus dipuasakan untuk menghindari penurunan kadar obat karena berinteraksi dengan makanan. Setelah dilakukan pemberian obat,  mencit tidur bangun dan tidur lagi, hal ini disebabkan karena obat golongan barbiturate larut dalam lemak sehingga tertimbun di depot lemak yang perlahan akan dilepaskan kembali setelah anestesi berhenti ( redistribusi), dengan demikian efek obat hilang dan timbul lagi.
            Onset adalah waktu yang dibutuhkan obat untuk menimbulkan efek mulai obat itu diberikan. Didapatkan hasil onset yang terpendek adalah intraperitonial, intra muscular, subcutan , dan per oral. Cara pemberian peroral memiliki onset yang paling lama karena pada peroral senyawa obat memerlukan proses absorbsi, setelah obat masuk mulut akan masuk lambung melewati kerongkongan. Didalam lambung obat mengalami ionisasi kemudian diabsorbsi oleh dinding lambung masuk kedalam peredaran darah, sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk berefek. Sedangkan secara intraperitonial memiliki onset paling pendek karena rongga perut banyak terdapat pembuluh darah dan tidak ada factor penghambat sehingga dengan segera akan menimbulkan efek. Intra muscular memiliki onset terpendek setelah ip karena obat yang disuntikkan melalui jaringan otot akan terdistribusi ke pembuluh darah melalui otot, sedangkan pada  subcutan melalui bawah kulit di mana obat harus melalui lapisan- lapisan kulit baru masuk ke pembuluh kapiler bawah kulit, sehingga onset yang dihasilkan lebih lama dari intra muscular.
            Durasi adalah waktu yang diperlukan obat mulai dari obat berefek sampai efek hilang. Didapatkan hasil durasi yang terpendek adalah per oral, intraperitonial, intra muscular, dan subcutan. Durasi sipengaruhi oleh kadar obat dalam darah dalam waktu tertentu. Pada peroral didapatkan durasi terpendek, disebabkan karena per oral melewati banyak fase seperti perombakan dihati menjadi aktif dan tidak aktif. Semakin banyak fase yang dilalui maka kadar obat akan turun sehingga obat yang berikatan dengan reseptor akan turun dan durasinya pendek. Sedangkan pada pemberian secara intraperitonial obat dengan kadar tinggi akan berikatan dengan reseptor sehingga akan langsung berefek tetapi efek yang dihasilkan durasinya cepat karena setelah itu tidak ada obat yang berikatan lagi dengan reseptor. Pada sub cutan memiliki durasi yang lama, hal ini disebabkan karena obat akan tertimbun di depot lemak/ jaringan di bawah kulit sehingga secara perlahan- lahan baru akan dilepaskan sehingga durasinya lama.
Cara pemberian yang tidak diberikan kepada manusia adalah secara intraperitonial, karena akan menyebabkan infeksi dan perlekatan peritoneum. Bila infeksi membesar akan terjadi adhesi yaitu terbentuknya jaringan fibrin yang disebabkan luka dari jaringan tubuh. Cara pemberian obat yang baik, bila onset yang dihasilkan cepat dan durasi dalam obat lama.

VIII   Kesimpulan
1.      Tempat pemberian obat sangat berpengaruh pada kecepatan dan durasi obat dalam memberikan efek
2.      Urutan tempat pemberian bila dilihat dari yang terpendek waktu onsetnya : intraperitoneal, intramuscular, subcutan, per oral
3.      Urutan tempat pemberian bila dilihat dari yang terbesar waktu durasinya : subcutan >intramuscular > intraperitoneal > per oral
4.      Cara pemberian yang baik bila onset pendek dan durasi lama
5.      Kecepatan penyerapan obat dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya:
ü  Kelarutan obat
ü  Kemampuan difusi melintasi sel membrane
ü  Konsentrasi obat
ü  Sirkulasi pada letak absorbsi
ü  Luas permukaan kontak obat
ü  Bentuk obat
ü  Ada atau tidaknya factor penghalang
 
IX  Daftar Pustaka
      Anief. Moh, 1990, Perjalanan dan Nasib Obat Dalam Badan, Yogyakarta : UGM Press.
     Anonim, 1995,Farmakope Indonesia edisi IV, Jakarta : Depkes RI
     Djamhuri, Agus, 1995.Sinopsis Farmakologi.Jakarta : Hipokrates
     Tanzil, Sutomo, 1992.Catatan Kuliah Farmakologi Bagian 1, Jakarta : ECG
     Olson, James, 2000, Belajar Mudah Farmakologi, Jakarta : ECG
    

1 komentar:

  1. Mba saya mau tanya . Materi tentang durasi dan peroral pada pembahasan diambil dr pustaka mana ya ? Trimakasih

    BalasHapus